Penulis yang mempunyai satu tangan ini telah membikin saya malu pada diri sendiri. Kecenderungan saya bercita-cita menjadi penulis handal ternyata tak segampang apa yang saya bayangkan, saya belajar tentang banyak hal darinya: ketabahan, keikhlasan, kegigihan, kedisiplinan, dan satu lagi: kesabaran. Tak jarang orang-orang yang tak berperikemanusiaan seringkali melecehkan dirinya, tapi ia balas dengan hati lembut. Ia tancapkan pesan kuat Emaknya, “Jangan emosional jika kamu mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan, terutama dengan kecacatanmu. Jadikan itu pelajaran hidup, agar kamu jadi kuat.” Semenjak itu pula ia lahirkan puisi yang sangat indah:
Duka adalah luka
Luka karena ujung pisau
Tapi aku enggan mengobati
Karena duka lain bakal datang
Teruntuk yang belum kenal siapa Gol A Gong. Ia adalah pendiri Rumah Dunia terletak di daerah Serang Banten. Juga salah satu aktivis di Forum Lingkar Pena. Penulis buku, Rahasia Penulis : Bukan Sekadar Tips Menulis ini memiliki nama pena yang sangat filosofis:
“Aku terinspirasi, “A” berarti “Allah”. Lalu aku corat-coret lagi. Bagaimana kalau “Gol A Gong”? Maksudnya di antara “Gol” dan “Gong” itu dijembatani oleh “A”, yaitu Allah.” (hlm, 17). Oh, “A” itu yang bikin diri seorang Gol A Gong kuat, tentu saja.
Buku yang berukuran 15,5 cm x 23 cm dengan ketebalan 228 ini menjadi santapan santai saya di kala saya pusing bagaimana menulis yang baik. Ya, menulis bukan perkara gampang—untuk tidak mengatakan sulit—menulis, sebagaimana yang dikutip dalam buku ini, ibarat apa yang dikatakan Thomas Alfa Edison, “Aku menemukan listri ketika mengalami kegagalan sebanyak 9000-an kali.” Tapi dia tidak kapok-kapok. Apa kata dia? “Itu berarti aku jadi mengetahui, bahwa ada 9000 jenis materi yang jika digabungkan tidak bisa menghasilkan listrik!” menulis adalah pekerjaan yang membutuhkan ketekunan seperti seorang Edison; kegigihan, kesungguhan, kedisiplinan, dan tentu kerja keras (hlm, 131). Belum saatnya saya harus berleyeh-leyeh jika ingin jadi penulis. Setidaknya saya banyak mendapat pelajaran penting dalam buku ini. Namun, setiap karya tidaklah melulu berjalan sempurna. Kita mafhum: tak ada karya paling sempurna kecuali al-Qur’an yang Maha Sakral.
Ada beberapa kekurangan dalam buku ini. Saya banyak menemukan kata-kata yang sering berulang-ulang sehingga terkesan membosankan saat membaca. Dari halaman pertama mungkin terasa sekali kalau buku ini sangat bagus, tetapi semakin ke bab lebih jauh akan sangat menjemukan. Tema yang sudah di tulis serangkali muncul kembali di akhir bab. Selain itu kualitas buku banyak yang buram sehingga kalau ini buku dibaca orang yang sudah lanjut usia mungkin akan mematikan mata pembaca. Tentu buku yang saya baca ini bukanlah buku bajakan, tidak! Ini buku saya beli asli dari penerbit langsung. Saya dibuat kecewa sembilan puluh sembilan ayat dari setiap paragraf dalam buku ini.
Kepada siapa pun yang sekarang hendak belajar menulis: buku ini cukup merefleksikan semangat menulis. Ya… motivasi menulis ala Gol A Gong tentunya.
0 Komentar:
Posting Komentar