Minggu, 06 Desember 2020 0 Komentar

Peradaban Mazawa

Embun pagi di kaki langit Panti burung-burung hinggap di dedaun pelepah pohon kelapa. Suaranya melengking-lengking mendayungkan suara burung-burung kenari namun bukan kenari jika dilihat lebih dekat, tetapi burung pipit barangkali lebih tepat. 

Sedang capung-capung di sekitar area Yayasan Nurul Yaqin itu pula muncul pemandangan capung-capung liar beterbangan. Mirip kelakuan si Doi lah capung-capung itu, atau barangkali capung-capung itu sahabat karip si Doi. 

Tak hanya suara burung pipit, suara jangkrik terdengar di sana, di susul suara ayam berkokok, meski tak mendayungkan suara permata, ia pasti jangkrik kelas swasta, ia pasti ayam kampung mau beristri tiga, dan aku taksir itu pasti jangkrik perjaka, dan aku lebih yakin, ia pasti ayam ingin poligami beristri tiga. Bukan empat! Kalau empat itu cukup kaum Adam yang mampu ke-jantan-an-nya. Hewan, cukup tiga... cukup! 

Kini, tepat pukul 06:45 puluhan mahasiswa kembali mengguyurkan air ke sekujur tubuh untuk kemas-kemas meninggalkan tempat acara PDKT III. Aku masih saja melamun setelah sekian jam tidur malam yang tak kunjung mata redam, aku tidur sejak api unggun di mulai namun tak lebih kurang satu dua jam aku taksir tidur malam di Yayasan Nurul Yaqin Panti. Mohon maaf kawan-kawan, tak bisa ikut campur acara sakral itu, aku nyaris seharian di kejar deadline yang sungguh menjerat dada, dan paling miris, kedinginan pula. 

Kini, waktu pagi di Panti bergerak 07:10. Mentari pagi menampakkan tubuh keemasan tampil sebagai penerang bumi. Indah sekali.... indah sekali... seperti pancaran sinar Tuhan.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah kamu dustakan? Begitu terjemahan bentangan ayat-ayat metafor di Surah Ar-Rahman. 

Nikmat Tuhan lain yang tampak di pagi hari, adalah udara pagi yang sejuk. Sejuk terasa hingga menyerap ke terdalam jiwa. Jika Tuhan perkenankan, aku ingin tetap tinggal di sini... di sini bersamamu Mbakyu. Bersamamu selalu... selalu dalam dekap hati yang pilu melihatmu entah dimana... dimana yang ada di sana... di sana entah kemana (O, mohon maaf melantur saudara). 

Jika Tuhan perkenalkan, aku ingin mengabdikan momen kali ini dengan secercah puisi :

Kepada mahasiswa yang di sana

Yang gemilang penuh warna

Yang cinta peradaban Indonesia

Kau di tunggu sebagai pembaru bangsa

Penggerak perubahan dunia

Peradaban Indonesia


Kepada mahasiswa mazawa

Tebar selalu ilmu budi luhur cahaya 

Budi daya cinta baca

Kelak akan tampil mahasiswa sempurna

Di mulai dari prodi kita

Mazawa


Kepada Maba

Kami harap kau lebih genius dari kita

Dari kakak tingkat yang kurang sempurna

Kepada kau kami titip kelak Ibu Pertiwi tercinta, Indonesia


Salam cinta dari mahasiswa mazawa

Ini peradaban, peradaban mahasiswa mazawa


Fathur Roziqin

Minggu, 06 Desember 2020

 
;