Minggu, 19 September 2021

Alegori Kangen



Jika kita terlampau lama jauh dengan seseorang maka hasrat kangen biasanya akan muncul, dengan sendirinya, pada detik waktu. Kangen secara tak sadar—maupun di sadari—akan tetap dan akan selalu menghasrati pertemuan. 

Saya rasa setiap manusia yang hidup di dunia ini menghasrati “pertemuan”, jika di antara manusia itu terlampau lama jauh tak berjumpa. Kata pertemuan sendiri, adalah kata lain  “kembali”, kembali “berjumpa”, saya dan kamu. 

Baiklah, kalau begitu, lalu mari kita lanjutkan—kohesif kata kangen—dengan konteks yang sama pada kata kunci: jarak. 

Saya kadang berpikir dari mana datangya kangen kalau bukan dari jarak yang menyirat. Dan pada saat yang sama, saya mempertanyakan jarak yang menyiratkan kita: Adakah jarak antara saya dan kamu? Saya rasa jarak antara saya dan kamu itu, “tidak ada.” Ingat! “tidak ada”. 

Kalau benar antara saya dan kamu itu ketiadaannya menyiratkan jarak, lalu di mana letaknya “jarak”, antara saya dan kamu, kalau saya dan kamu saling merindu, kalau saya dan kamu, selalu ingin bertemu, selalu ingin berjumpa?

Tetapi bukankah pertemuan-perjumpaan antara saya dan kamu akan menyisihkan perpisahan? Lalu, setelah perpisahan itu akan terbentang kembali yang namanya jarak. Kemudian jarak melahirkan kembali kangen dan hasrat ingin bertemu terus menerus candu, lalu begitu seterusnya, dan seterusnya.

Oke, baiklah. Para konteks diluar ruang dan waktu, antara saya dan kamu, jauh maupun dekat, sepertinya kita melebur jadi satu, satu jiwa, yaitu kita. Boleh jadi, kata Alm. Sapardi Djoko Damono, “jarak boleh jadi tidak boleh diukur”.

Saya rasa teori “perpisahan” itu keberadaannya memang benar “tidak ada”. Kata perpisahan disematkan untuk “menunda” pertemuan, bukan menyiratkan jarak antara saya dan kamu. Itu lebih tepatnya. Dan saya tidak percaya hal itu, teori perpisahan, bahwa kita akan berpisah. 

Saya tidak percaya bahwa kita akan berpisah. Sebab kerajaan kita bukanlah di dunia, melainkan di akhirat. Bukankah begitu kalam Tuhan dalam Firman-Nya?

Dengan kata lain, saya, menulis catatan ini, dalam rangka kangen. Begitulah kiranya kata-kata paling pas untuk diucapkan secara terang, pada catatan ini. Singkat kata, pertemuan saya dan kamu, yang lampau, hari ini, maupun yang esok, adalah silsilah perjumpaan kita menuju surga.

Eh, tahu nggak, kepada siapa saya kangen—tidak perlu tanda (?)—kalau bukan kepada seseorang itu? Ya … pada seseorang itu, loh. 

0 Komentar:

 
;