Serial sebelumnya, bisa dibaca di sini.
***
H+2 Selasa, 25
Januari 2022
Salah satu santri—di tempat PPL—mengatakan pada saya—waktu kali pertama kenalan—bahwa tiap hari dia belanja ke pasar untuk keperluan tetek bengek kebutuhan dapur dhalem serta makan santri.
Ingatan saya lansung mencuat ke masa lalu ketika masih di pesantren. Bahwa saya dulu sering di ajak ke pasar oleh kakak senior santri untuk belanja kebutuhan dapur dan pada waktu itu saya masih berstatus menjadi santri baru, masih duduk di bangku 2 SMP 2011. Saya menduka mungkin kakak senior itu kasian melihat saya agak kurang betah di pesantren, makanya, entah kasian mungkin, mengajak saya liburan ke pasar.
Saya bergembira tiap pagi pergi ke pasar dan merasa bahwa pasar adalah tempat liburan saya paling cocok—bagi seorang santri baru. Meski agak melelahkan karena hanya memakai sepeda ontel tetapi saya begitu menikmati seolah-olah itu perjalanan menuju surga! Uih …
Mungkin cewek-cewek—yang hendak berangkat ke sekolah—melihat kami dengan kaca mata terlampau percaya diri, tetapi itu bukan masalah dia, bukan?
Selain kakak senior santri di atas, saya pula teringat kawan saya—yang dinobatkan sarjana terbaik di kampusnya dan kini dia menempuh studi magister di bidang Filsafat Islam—bahwa dialah yang banyak mengajarkan saya tentang dunia per-Pasar-an sebab karena dialah saya jadi tukang belanja ke pasar sebagai gantinya (untuk mengenal lebih lanjut tentang sesosoknya, bisa baca di blog pribadinya di sini); setelah kakak senior itu boyong dari pesantren; setelah kawan saya yang terakhir ini memutuskan belajar di perguruan tinggi.
Kalau dulu sewaktu masih menjadi santri baru saya beranggapan bahwa pasar adalah tempat berliburan, maka, setelah saya jadi bapak dapur, pengganti dua orang di atas, maka lain anggapan, setelah merasakan berapa beratnya tugas mereka, bahwa pasar adalah tempat pelarian saya yang dulu tak sempat cepat kuliah! Amboi …
Dan saya kini sudah kuliah dan berstatus menjadi mahasiswa yang kurang satu semester lagi saya menulis skripsi. Eih, setelah sampai di tempat PPL kok ya bisa ketemu santri macam dua orang di atas. Maka …
Tadi pagi saya dan Aldi—santri yang saya maksud di awal tulisan ini—pergi ke pasar untuk berbelanja kebutuhan dapur. Saya ingin mengenang kembali masa lalu itu—tanpa ampun pagi itu saya ikut berbelanja! Uih ... apa yang patut saya catat dari kegiatan tadi pagi waktu di pasar ingin saya bagi dan cerita di sini. Boleh, bukan? Ah, ini kan blog saya, tetapi kiranya ada yang berkenan berpastisipasi untuk menulis di blog ini, untuk pembaca, saya persilahkan.
Sebagai informasi … harga bahan pokok dapur kini relatif stabil: harga cabe 30 ribu, kualitas bagus, tomat 14 ribu, bawang putih 24 ribu, dan bawang merah 23 ribu, serta ceker ayam 20 ribu. Jumlah pengeluaran dapur hari Selasa, 25 Januari 2022 total sebesar Rp 111. 000,- ribu. Oih … pengeluaran cukup fantastis!
Selain informasi di atas, berkat saya tadi pagi pergi berbelanja ke pasar, saya juga bertemu dengan salah satu guru saya, Ustad Lukman. Pada ustad ini pula saya sedikit tahu tentang sejarah Islam; pada ustad ini pula saya belajar tentang keikhlasan dan kesabaran mengajar.
Saya sungguh malu tidak hadir di kelas beliau dan saya menulis catatan ini untuk mengenal beliau akan kebaikan-kebaikannya serta ilmunya.
Dan untuk beliau saya
memohon moga-moga Tuhan memberikan kesehatan jiwa serta raganya bermanfaat.
Al-Fatihah untuk keluarga Ustad Lukman Hakim.
0 Komentar:
Posting Komentar