Minggu, 25 Juli 2021

Memoar Ingatan

Ada sepasang kekasih duduk berdua di tepi danau, yang satu duduk agak ke kanan, yang satu duduk agak ke kiriKeduanya diam membisu meski semilir angin mempersilahkan untuk menyatakan sesuatu tetapi keduanya malu-malu. Kau saja dulu, katanya. 

Empat puluh lima menit berlalu reranting pohon bersiul-siul seperti semacam intruksi, dedaun gugur ditimpa angin melambai-lambai menari-nari. Lihat itu daun, kata si perempuan. Bertanda apakah ia jatuh?

Ia tak menjawab. Sekadar senyum memalingkan pandangan ke arah kiri dan kembali memandang ke arah kanan. Di danau itu mereka saling melempar satu dua tiga batu hingga genangan air beria-ria ke atas ke samping ... ke kiri ke kanan, seperti kembang air mancur pada kedua jiwa yang mujur. Kau kalah, kata si perempuan. 

Hujan mulai mengguyur danau. Kita berteduh di bukit itu, sambutnya. Dengan payung daun pisang berdua; tak ada orang sekitar melihatnya, hanya seekor burung berteduh di pucuk ranting;
dunia seperti milik mereka berduabibir bersilat satu kali dua, memadu kasih dalam senja. 

Apa yang lebih indah dari senja, ia bertanya. Yang lebih indah dari senja adalah ketika engkau dan aku berpisah sementara waktu dan kita saling merinduTetapi akankah kita menerima itu? Tidak, bukanTetapi pada akhirnya kita akan berpisah sementara waktu, pada akhirnya kita kembali bertemu, pada suatu hari nanti semesta akan menjadi saksi atas kisah kita ini, di danau janjiKita paham, bukan, bahwa yang paling indah dalam hidup ini adalah kenangan, karena ia adalah ingatan. 

0 Komentar:

 
;