Jumat, 22 Oktober 2021 0 Komentar

Menyuarakan Wakaf Sebagai Lifestyle

Tulisan ini sekitar tiga-empat bulan lalu, saya baru melanjutkan sebab problem kehidupan makin menampar saya beberapa bulan lalu itu. Sila baca di sini.
Minggu, 10 Oktober 2021 0 Komentar

Penyakit Kikuk

Satu kali saya mendapat mandat di pos pertama pada safari intelektual di acara komunitas kampus. Safari intelektual merupakan permainan sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada anggota baru komunitas Intellectual Movement Community (IMC). 

Dan saya tidak sendiri, melainkan bersama seorang perempuan yang,... 

Saya tahu bahwa ia perempuan pendiam, sebagaimana saya lelaki pendiam. Dan saya tidak biasa bicara sama perempuan pendiam, saya lebih gampang bicara sama perempuan cerewet. Ia pendiam, saya pendiam. 

"Matilah aku,..." batin saya. 

Apa yang terjadi? Suasana itu kikuk!

Di tepi sungai itu hanya terdengar aliran air yang hantam menghantam bebatuan dan hembusan angin sore yang sejuk dan kanak-kanak yang bermain riang gembira penuh canda dan pesona semesta alam yang bikin saya tidak segera melarikan diri bersamanya: membuat saya bodoh seketika! 

Betapa saya kehilangan nalar berpikir bagaimana saya ingin mengajak ia bicara dan saya tidak bisa mengajak ia bicara perihal entah berantah. Dan ia pun demikian sebaliknya. Saya termenung dengan hp yang saya pegang dan ia termenung dengan hp yang ia pegang.

Hening. Tak ada percakapan apapun. 

Dan saya tidak bisa mengajak ia bercakap-cakap sebagaimana biasanya orang bercakap-cakap secara komunikatif antar pihak. 

Saya kehabisan topik pembicaraan! 

"Tadi malam, siapa aja perempuannya yang datang?" Ia bertanya. 

Saya menjawab bahwa panitia yang datang perempuannya hanya tiga orang: Afifah, Windar, dan Endang. Dan berlanjutlah perbincangan satu dua kata dimulai. Dan ketika basa-basi itu usai: peserta safari intelektual itu datang dan mulailah suasana itu lebih segar lebih hangat. 

Tetapi, usai satu dua kelompok anggota itu pergi menuju ke pos berikutnya saya tetap kehabisan topik perbincangan! Lagi dan lagi. 

Pengalaman demikian tidaklah satu dua kali melainkan berulang kali setiap saya dipertemukan dengan teman yang karakternya sama dengan saya. Dan biasanya saya lebih percaya diri mengajukan topik pembicaraan dengannya melalui kumpul bersama dan terjadilah perbincangan hangat antara saya dan dengannya. 

Saya jadi berpikir: bagaimana kalau  pendamping hidup saya nanti memiliki karakter yang sama, berkarakter pendiam-cuek? 

Satu hal mungkin menjadi pembelajaran adalah dengan mengenali perbedaan dan persamaan karakter yang dapat menuntun saya nanti lebih percaya diri dan begitupun perempuan yang saya nikahi tersebut. Moga-moga saja. 

Dan pengalaman itu seperti penyakit dalam diri saya untuk kembali belajar percakapan-cakap dengan perempuan. Penyakit kikuk saya ternyata masih mendarah daging dalam diri ini. Wah ... wah ... obat apa yang mujarab kalau bukan, belajar? 
Kamis, 07 Oktober 2021 0 Komentar

Jadilah Senior yang Berhati Luhur!

Geram melihat tingkah senonoh. Saya kembali menulis topik senior yang agak kurang sehat. Bisa Anda baca di sini. Biar lebih afdol baca juga di sini.
 
;