Di mataku, ia tampak seperti kedua aktor perempuan kecil dalam sinetron My Heart. Seperti Rahel dan Luna. Aku menganggap ia Rahel di satu sudut pandang, seperti Luna di sudut pandang lain. Entah... perasaanku membara api cinta saat membersamainya.
Di mataku, ia laksana taman menentramkan mata memandang. Saat aku gunda gulana, di taman Armania itu, ia datang menyapaku dan meminta mencarikan sepucuk bunga mawar putih untuknya.
"Dapatkah kau beri aku bunga mawar putih, wahai Farel?" Pintanya.
"Tentu saja, Luna."
Aku bersegera melangkahkan kaki mencarikan sepucuk bunga mawar putih di sekitar area taman untuknya. Dapat aku rasa, betapa beruntungnya aku berdua membersamainya.
"Ini dia, sepucuk bunga mawar putih pesananmu."
Mataku melirik pada bunga mawar putih itu, lalu membandingkan tangannya dengan bunga mawar putih yang aku berikan. aku senang..., senang sekali, mendapati bunga itu secara cepat, tak kurang lebih 2 menit saja.
Antara tangan dan mawar sama-sama memberi aliran darah menusuk bagian hati terdalam.
"Dak..., dik...., duk...., "
Aku sedapat mungkin bertingkah biasa. Yang sebenarnya, dalam hati tersimpan aramo bunga mawar berupa perasaan. Perasaan mendekatinya merekah ke sekitar muara taman.
"Terima kasih Farel."
0 Komentar:
Posting Komentar