Kamis, 16 Desember 2021 0 Komentar

5 Alasan Mengapa Saya Nggak Makan Ikan Laut maupun Ikan Sungai

Sebagaimana telah saya tulis di bionarasi profil bahwa saya pemuda yang nggak makan ikan laut maupun ikan sungai. Tentu menulis demikian bukanlah-tanpa-alasan bukanlah-tanpa-sejarah—(jika itu layak disebut sejarah). Saya menulis demikian ada alasan mendasar yang perlu saya klarifikasi pada siapa pun yang telah membacanya agar tidak jadi boomerang dalam pikirannya! 

Sebab sebagian kawan, yang agak menjengkelkan, yang suka ngeledek—karena saya nggak pernah mau makan ikan (laut maupun sungai) ketika acara bakaran plus makan-makan biasanya—suka kaget! Padahal dengan jelas saya katakan padanya bahwa saya ini alergi makan ikan. titik!

Entahlah … harus bagaimana lagi cara saya menjelaskan padanya dan, kali ini, daripada ngotot ngeladeni orang nggak jelas, saya lebih baik menuliskan alasan “mengapa saya nggak makan ikan” sebagai bentuk klarifikasi. Ya … saya ingin mengklarifikasi alasan saya mengapa nggak makan ikan.

Baiklah … untuk memulai klarifikasi ini izinkan saya mengutip kata-kata Gus Dur yang populer itu, “Sampaikan kebenaran walaupun lucu!”. Dengan menyampaikan kebenaran walaupun lucu tidaklah merusak esensi kebenaran itu sendiri. Dan itu tidak dosa, bukan? Titik. Tak usah dibantah lagi! Dan inilah 5 alasan mengapa saya nggak makan ikan.

#1. sejak kecil sudah tidak bisa makan ikan 

Sewaktu kecil … saya sering dibawa sepupu saudara perempuan, lebih tepat-lebih kerennya tante, dan kalau sudah bersamanya: Saya sering diberi makan dirumahnya dan, karena masih kecil, saya tidak tahu menahu makanan apa yang ia suguhi pada mulut saya. Dan ternyata lauk pauknya ikan laut! 

Seusai makan kemudian saya menyadari bahwa apa yang saya makan rasanya tidak berkenan masuk ke perut—seketika perut saya sakit beberapa menit kemudian. Muntahlah saya. Dan beberapa hari setelahnya saya jatuh sakit akibat makan ikan.

Dari sejarah singkat itulah tiap saya dibawa oleh siapa pun—khususnya para tetangga yang suka nyejeli makanan ke mulut tanpa izin orang tua—ibu selalu mengingatkan bahwa saya tidak boleh diberi lauk pauk berupa ikan laut maupun ikan sungai sebab anaknya alergi, katanya.

Oleh karena pengalaman itu bikin saya sakit perut dan terkadang sampai jatuh sakit berhari-hari, maka menghindari lauk pauk berupa ikan tidaklah cemen, dan hal itu lebih baik sekaligus alasan mendasarnya, adalah menjaga kesehatan. Dan alasan kedua inilah lebih tepatnya. Bahwa  …

#2. menjaga kesehatan jauh lebih utama

Iya … sebab itulah saya tidak makan ikan laut maupun ikan sungai sampai hari ini … bukanlah-tanpa-alasan-bukanlah-tanpa-sebab saya tidak bisa menghormati sang tuan rumah atau kawan-kawan yang gemar bakar-bakaran ikan laut ketika ajakan menggembirakan itu tidak mudah saya tolak sebenarnya. Namun karena alasan itulah kadang saya suka alasan nggak nyambung menerima ajakan mereka dan memohon maaf padanya. 

Tetapi … tetap saja beberapa di antara mereka responnya kurang respek.

Maka, saya lebih memilih menjaga kesehatan karena itu jauh lebih utama daripada sakit … ya, kan? Dan alasan saya ini … saya kira masuk akal dan bisa diterima oleh semua orang—jika manusia yang bersangkutan berkenan menerima perbedaan dan bisa menghormati.

Dari sejarah singkat itulah ketika saya mulai dewasa dan menempuh pendidikan di pesantren saya mulai bertanya-tanya perihal hukum memakan makanan tertentu yang bagi orang tersebut itu alergi dan bisa sakit. Dan inilah alasan ketiga saya mengapa nggak makan ikan.

#3. berdasarkan kaidah hukum fiqih

Ketika saya bertanya perihal hukum memakan makanan yang dapat menyengsarakan seseorang dan berimbas pada kesehatannya, maka berdasarkan ayat ini, “Wahai manusia! Makanlah dari makanan  yang halal dan baik yang terdapat di bumi…” (Q.S Al-Baqarah, 2: 168), jelas lebih baik ditinggalkan. 

Makanan yang halal belum tentu baik untuk dikonsumsi, begitu pun sebaliknya. Adapun makanan halal namun tidak baik untuk dimakan, dengan catatan tidak baik untuk sehatan tubuh, maka haram baginya, pada kasus orang tentu seperti saya ini, misalnya—yang kalau makan ikan dipastikan akan kejangkejang …!!! Ups … Maksudnya sakit tiga hari tiga malam biasanya.

Setelah sakit itu biasanya sekujur tubuh langsung timbul bintik bintik merah—seperti orang alergi. Dan inilah alasan keempat mengapa saya menolak memakan ikan.

#4. keluar bintik bintik merah dipelbagai tubuh

Anda tahu … penyakit paling memalukan di dunia ini, salah satunya menurut saya, adalah gatal gatal! Coba anda bayangkan … betapa di tempat umum orang-orang akan melihat satu orang main gitar … tiada senar tiada pula gitar tanpa petikan … hingga berdarah-darah dan, itu pernah suatu kali saya alami! 

Di dalam kelas sekolah tingkat dasar itu saya merasa … betapa bintikan merah dipelbagai sekujur tubuh itu telah menyiksa saya sampai tak fokus belajar. Dan itu sangat memalukan! Sejak saat itu saya tidak atau ibu melarang saya memakan ikan laut dan, kabar baiknya, saya lebih gampang menerima makanan apa saja asalkan jangan ikan laut ataupun ikan sungai, ayam goreng atau ayam bakar, semisalnya. (ha.ha.ha …) Dan …

#5. alasan terakhir, dengar bau ikan saja saya biasanya langsung mau muntah

Jangankan makan … mendengar bau ikan laut (terutama) saja saya hampir muntah darah. Ceritanya … siang itu, saya dan, bapak, pergi ke salah satu proyek ikan laut—di daerah Puger Pantai—yang tempatnya kumuh dengan bau ikan. Sebelum sesampainya di terminal proyek ikan laut itu saya sudah mewanti-wanti dari jauh tutup hidung juga mulut agar tidak begitu menyerap baunya. Namun naas … bau ikan jauh lebih tajam daripada bau bangkai. 

Sesampainya di proyek ikan laut itu saya tidak lagi mampu menahan bau anyir ikan. Betapa sengatan bau ikan jauh lebih menyiksa daripada sengatan cinta … Dan saya baru menyadari pengalaman itu. Berjibun-jibun panganan perut keluar dan tak mampu saya tahan sebab bau anyir di perairan pesisir pantai itu seperti orang hendak mengeluarkan sesuatu dari perut secara paksa. Dan saya terpaksa mengeluarkan muntahan isi perut itu.

Saya kapok dan tak mau lagi pergi ke pantai kalau masih ada senyatan bau ikan (juga sengatan cemburu iri melihat dipinggir pantai biasanya banyak manusia bawa pasangan). Hem… (tanpa tanda ?).
***
Itulah 5 alasan kenapa saya tidak makan ikan laut maupun ikan sungai sampai hari ini … karena sedari kecil sudah alergi, dan, ikan laut tidak berkenan masuk ke dalam perut saya. Jadi, kalau ada orang bahkan dokter sekalipun mengatakan bahwa makan ikan laut itu memberi manfaat besar bagi pertumbuhan tubuh dan kecerdasan seseorang—itu tidak cocok bagi orang tertentu seperti saya ini. Sebab, saya pengecualian dari manfaat makan ikan laut itu. Dan saya tidak mau sakit gegara makan ikan laut dengan dalih meningkatkan kecerdasan! Ya … kalau nggak belajar… hemat saya nggak bakalan cerdas! Sebab cerdas itu dibentuk, bukan saja hanya makan ikan!
 
;