Kedua bocah kembar itu meringis dan memanjakan diri saban pagi ketika bertemu sang guru ngajinya di waktu pagi untuk meminta sesuatu yaitu uang saku. Kedua bocah itu ingin sekali mendapat uang dari kedua orang tuanya. Namun sayang, kesempatan mendapat uang saban pagi tidak pernah mereka dapatkan, sebab keduanya merupakan bocah yatim piatu.
"Pak Ustadz, minta uangnya?"
Sang guru senyum padanya, dan tidak berkata apapun atau semisal janji, hanya sebatas senyum manis ia berikan saban kali di mintai uang saku oleh kedua muridnya itu.
Pada waktu yang sama dengan hari yang berbeda, sang guru meminta keduanya untuk membacakan Surah pendek yang menurutnya hafal. Di bacakanlah Surah al-Nasal-Nas, dengan lantang nan mantap keduanya membaca. Kemudian sang guru memberikan uang kepada keduanya dengan nominal tidak seberapa: hanya dua ribu rupiah perbocah.
"Terima kasih Ustadz" Jawabnya polos saat menerima uang dari sang guru.
Lalu, dibeberkannya satu kertas itu ke langit, dan menanyakan pada uang itu. "Aslikah uang ini?" Tanyanya pada kertas itu, "Tentu saja, Kaka" Jawab sang adik kandung meyakinkan bahwa uang yang di berikan gurunya itu asli, bukan palsu.
Riang gembira keduanya hingga melonjat-lonjat seperti baru kali pertama mendapat uang. Sang guru terharu. Baru kali ini ia menemukan murid segembira itu selama ia mengajar dua tahun dalam pengadiannya.
Namun kini ia tidak lagi melihat bahkan mendengar kabar keberadaan keduanya pun tidak. Keduanya hilang tanpa informasi jelas. Kini sang guru merindukan muridnya. Rindu... sangat rindu, mendengar suaranya yang merdu.