Jumat, 11 Desember 2020 0 Komentar

Merindukan Bocah Kembar Yatim Piatu


Kedua bocah kembar itu meringis dan memanjakan diri saban pagi ketika bertemu sang guru ngajinya di waktu pagi untuk meminta sesuatu yaitu uang saku. Kedua bocah itu ingin sekali mendapat uang dari kedua orang tuanya. Namun sayang, kesempatan mendapat uang saban pagi tidak pernah mereka dapatkan, sebab keduanya merupakan bocah yatim piatu. 

"Pak Ustadz, minta uangnya?"

Sang guru senyum padanya, dan tidak berkata apapun atau semisal janji, hanya sebatas senyum manis ia berikan saban kali di mintai uang saku oleh kedua muridnya itu. 

Pada waktu yang sama dengan hari yang berbeda, sang guru meminta keduanya untuk membacakan Surah pendek yang menurutnya hafal. Di bacakanlah Surah al-Nasal-Nas,  dengan lantang nan mantap keduanya membaca. Kemudian sang guru memberikan uang kepada keduanya dengan nominal tidak seberapa: hanya dua ribu rupiah perbocah. 

"Terima kasih Ustadz" Jawabnya polos saat menerima uang dari sang guru. 

Lalu, dibeberkannya satu kertas itu ke langit, dan menanyakan pada uang itu. "Aslikah uang ini?" Tanyanya pada kertas itu, "Tentu saja, Kaka" Jawab sang adik kandung meyakinkan bahwa uang yang di berikan gurunya itu asli, bukan palsu. 

Riang gembira keduanya hingga melonjat-lonjat seperti baru kali pertama mendapat uang. Sang guru terharu. Baru kali ini ia menemukan murid segembira itu selama ia mengajar dua tahun dalam pengadiannya.

Namun kini ia tidak lagi melihat bahkan mendengar kabar keberadaan keduanya pun tidak. Keduanya hilang tanpa informasi jelas. Kini sang guru merindukan muridnya. Rindu... sangat rindu, mendengar suaranya yang merdu.
Rabu, 09 Desember 2020 0 Komentar

Sendiri

Bersama nyanyian sunyi
dalam hening aku sendiri
tanpamu kasih
hening kembali
nyanyian cinta ini
tanpa arti

Memetik makna sunyi
di balik awan pagi
langit kembali merintih
melihat hati kembali letih
tanpamu kasih
aku sendiri, masih sendiri
menunggumu yang suci. 
Senin, 07 Desember 2020 0 Komentar

Cinta


Cinta ada, pernah ada, akan ada dalam hati ini, tempatnya lain, waktunya berbeda. Cinta ada, dalam lubuk hati ini, sangat dalam, ia menjerit-jerit. Cinta ada, di kejauhan sana, di malam hari doa melangit. Cinta ada, dalam doa sepertiga malam, doa melangit-langit.

Tetapi aku tak tahu bagaimana mengungkapkannya, sebab, ia adalah rasa yang tersirat dalam hati ini. Sementara hati adalah urusan ilahi. Manusia normal, pernah merasakan cinta. Cinta hadir yang telah lalu. Cinta yang kini, mempersiapkan suatu saat nanti. 

Cinta ada..., selalu ada..., aku masih... menunggumu yang di sana... yang manja. Cinta yang tersembunyi, saat ini, kepadamu yang suci. 
Minggu, 06 Desember 2020 0 Komentar

Peradaban Mazawa

Embun pagi di kaki langit Panti burung-burung hinggap di dedaun pelepah pohon kelapa. Suaranya melengking-lengking mendayungkan suara burung-burung kenari namun bukan kenari jika dilihat lebih dekat, tetapi burung pipit barangkali lebih tepat. 

Sedang capung-capung di sekitar area Yayasan Nurul Yaqin itu pula muncul pemandangan capung-capung liar beterbangan. Mirip kelakuan si Doi lah capung-capung itu, atau barangkali capung-capung itu sahabat karip si Doi. 

Tak hanya suara burung pipit, suara jangkrik terdengar di sana, di susul suara ayam berkokok, meski tak mendayungkan suara permata, ia pasti jangkrik kelas swasta, ia pasti ayam kampung mau beristri tiga, dan aku taksir itu pasti jangkrik perjaka, dan aku lebih yakin, ia pasti ayam ingin poligami beristri tiga. Bukan empat! Kalau empat itu cukup kaum Adam yang mampu ke-jantan-an-nya. Hewan, cukup tiga... cukup! 

Kini, tepat pukul 06:45 puluhan mahasiswa kembali mengguyurkan air ke sekujur tubuh untuk kemas-kemas meninggalkan tempat acara PDKT III. Aku masih saja melamun setelah sekian jam tidur malam yang tak kunjung mata redam, aku tidur sejak api unggun di mulai namun tak lebih kurang satu dua jam aku taksir tidur malam di Yayasan Nurul Yaqin Panti. Mohon maaf kawan-kawan, tak bisa ikut campur acara sakral itu, aku nyaris seharian di kejar deadline yang sungguh menjerat dada, dan paling miris, kedinginan pula. 

Kini, waktu pagi di Panti bergerak 07:10. Mentari pagi menampakkan tubuh keemasan tampil sebagai penerang bumi. Indah sekali.... indah sekali... seperti pancaran sinar Tuhan.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah kamu dustakan? Begitu terjemahan bentangan ayat-ayat metafor di Surah Ar-Rahman. 

Nikmat Tuhan lain yang tampak di pagi hari, adalah udara pagi yang sejuk. Sejuk terasa hingga menyerap ke terdalam jiwa. Jika Tuhan perkenankan, aku ingin tetap tinggal di sini... di sini bersamamu Mbakyu. Bersamamu selalu... selalu dalam dekap hati yang pilu melihatmu entah dimana... dimana yang ada di sana... di sana entah kemana (O, mohon maaf melantur saudara). 

Jika Tuhan perkenalkan, aku ingin mengabdikan momen kali ini dengan secercah puisi :

Kepada mahasiswa yang di sana

Yang gemilang penuh warna

Yang cinta peradaban Indonesia

Kau di tunggu sebagai pembaru bangsa

Penggerak perubahan dunia

Peradaban Indonesia


Kepada mahasiswa mazawa

Tebar selalu ilmu budi luhur cahaya 

Budi daya cinta baca

Kelak akan tampil mahasiswa sempurna

Di mulai dari prodi kita

Mazawa


Kepada Maba

Kami harap kau lebih genius dari kita

Dari kakak tingkat yang kurang sempurna

Kepada kau kami titip kelak Ibu Pertiwi tercinta, Indonesia


Salam cinta dari mahasiswa mazawa

Ini peradaban, peradaban mahasiswa mazawa


Fathur Roziqin

Minggu, 06 Desember 2020

 
;